A. DEFINISI
Definisi stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, dan dapat menyebabkan kematian.
Stroke adalah serangan di otak yang timbulnya mendadak akibat tersumbat atau pecahnya pembuluh darah otak sehingga menyebabkan sel-sel otak tertentu kekurangan darah, oksigen atau zat-zat makanan dan akhirnya dapat terjadi kematian sel-sel tersebut dalam waktu yang sangat singkat (Yayasan Stroke Indonesia, 2006).
Stroke Hemoragik yaitu pecahnya dinding pembuluh darah, sehingga terjadi perdarahan di otak. Umumnya terjadi pada saat pasien melakukan aktivitas. Terjadi perdarahan dan penurunan kesadaran bersifat nyata (Yayasan Stroke Indonesia, 2006).
B. EPIDEMIOLOGI
Stroke merupakan satu masalah kesehatan yang besar dalam kehidupan modern saat ini. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat. Jumlah penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif. Stroke dapat menyerang setiap usia, namun yang sering terjadi pada usia di atas 40 tahun. Angka kejadian stroke meningkat dengan bertambahnya usia, makin tinggi usia seseorang, makin tinggi kemungkinan terkena serangan stroke (Yayasan Stroke Indonesia, 2006).
Di Indonesia, belum ada data epidemologis stroke yang lengkap, tetapi proporsi penderita stroke dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Hal ini terlihat dari laporan survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI di berbagai rumah sakit di 27 provinsi di Indonesia. Hasil survei itu menunjukkan terjadinya peningkatan antara 1984 sampai 1986, dari 0,72 per 100 penderita pada1984 menjadi 0,89 per 100 penderita pada 1986. Di RSU Banyumas, pada 1997 pasien stroke yang rawat inap sebanyak 255 orang, pada 1998 sebnyak 298 orang, pada 1999 sebanyak 393 orang, dan pada 2000 sebanyak 459 orang (Hariyono, 2006).
Stroke atau cerebrovascular accident, merupakan penyebab invaliditas yang paling sering pada golongan umur diatas 45 tahun Di negara industri stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan keganasan (Lumbantombing, 1984).
C. ETIOLOGI
Stroke hemoragik terjadi karena salah satu pembuluh darah di otak pecah atau robek Keadan penderita stroke hemoragik umumnya lebih parah dibandingkan stroke non hemoragik. Kesadaran umumnya menurun. Mereka berada dalam keadaan somnolen, osmnolen, spoor, atau koma pada fase akut.
Menurut penyebabnya dapat dibedakan menjadi :
1) Perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral ditemukan pada 10% dari seluruh kasus stroke, terdiri dari 80% di hemisfer otak dan sisanya di batang otak dan serebelum.
2) Perdarahan subarakhnoid
Perdarahan subarakhnoid adalah suatu keadaan dimana terjadi perdarahan di ruang subarakhnoid yang timbul secara primer.
E. PATOFISIOLOGI
Hemoragi merupakan penyebab ketiga tersering pada serangan stroke, Penyebab utamanya adalah hipertensi hal ini terjadi jika tekanan darah meningkat dengan signifikan menyebabkan pembuluh arteri robek sehingga terjadi perdarahan pada jaringan otak, hal ini menyebabkan darah membentuk suatu massa yang berakibat jaringan otak terdesak, bergeser, atau tertekan(displacement of brain tissue), keadaan tersebut dapat menyababkan fungsi otak terganggu. Semakin besar hemoragi yg terjadi maka semakin besar displacement jaringan otak yang terjadi. Pasien dengan stroke hemoragik sebagian besar mengalami ketidaksadaran dan dapat mengakibatkan pasien meninggal
F. FAKTOR RESIKO
Faktor-faktor resiko rentan terhadap serangan stroke :
Banyak faktor resiko yang dapat membuat seseorang yang menjadi rentan terhadap serangan stroke, secara garis besar faktor resiko itu dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol yaitu:
(1) Umur, semakin tua kejadian stroke semakin tinggi,
(2) Ras / bangsa : Negro / Afrika, Jepang, dan Cina lebih sering terkena stroke,
(3) Jenis kelamin, laki-laki lebih beresiko dibanding wanita,
(4) Riwayat keluarga yang pernah mengalami stroke.
Faktor resiko yang dapat dikontrol
(1) Hipertensi,
(2) Diabetes Millitus,
(3) Merokok
(4) Hiperlipidemia dan Kolesterol,
(5) Obesitas,
(6) Penggunaan obat – obatan yang mempengaruhi serebrovaskuler, seperti : amfetamin, kokain, dan sejenis.
G. GEJALA
Gejala yang muncul bervariasi tergantung di mana terjadi serangan stroke hemoragik misalnya:
1) Perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral ditemukan pada 10% dari seluruh kasus stroke, terdiri dari 80%
di hemisfer otak dan sisanya di batang otak dan serebelum.
Gejala klinis :
a. Onset perdarahan bersifat mendadak, terutama sewaktu melakukan aktivitas dan dapat didahului oleh gejala prodromal berupa peningkatan tekanan darah yaitu nyeri kepala, mual, muntah, gangguan memori, bingung, perdarhan retina, dan epistaksis.
b. Penurunan kesadaran yang berat sampai koma disertai hemiplegia/hemiparese dan dapat disertai kejang fokal / umum.
c. Tanda-tanda penekanan batang otak, gejala pupil unilateral, refleks pergerakan bola mata menghilang dan deserebrasi
d. Dapat dijumpai tanda-tanda tekanan tinggi intrakranial (TTIK), misalnya papiledema dan perdarahan subhialoid.
2) Perdarahan subarakhnoid
Perdarahan subarakhnoid adalah suatu keadaan dimana terjadi perdarahan di ruang
subarakhnoid yang timbul secara primer.
Gejala klinis :
a. Onset penyakit berupa nyeri kepala mendadak seperti meledak, dramatis, berlangsung dalam 1 – 2 detik sampai 1 menit.
b. Vertigo, mual, muntah, banyak keringat, mengigil, mudah terangsang, gelisah dan kejang.
c. Dapat ditemukan penurunan kesadaran dan kemudian sadar dalam beberapa menit sampai beberapa jam.
d. Dijumpai gejala-gejala rangsang meningen
e. Perdarahan retina berupa perdarahan subhialid merupakan gejala karakteristik perdarahan subarakhnoid.
f. Gangguan fungsi otonom berupa bradikardi atau takikardi, hipotensi atau hipertensi, banyak keringat, suhu badan meningkat, atau gangguan pernafasan.2
H. DIAGNOSIS
a. Klinis anamnesis dan pemeriksaan fisis-neurologis
b. Sistem skor untuk membedakan jenis stroke
c. Rumus skor Stroke Siriraj :
(2,5 x derajat kesadaran) + (2 x vomitus) + (2 x nyeri kepala) + (0,1 x tekanan diastolik) - (3 x petanda ateroma) - 12
Derajat kesadaran : ( 0 = kompos mentis; 1 = somnolen; 2 = sopor/koma)
Vomitus: ( 0 = tidak ada; 1= ada)
Derajat kesadaran : ( 0 = kompos mentis; 1 = somnolen; 2 = sopor/koma)
Vomitus: ( 0 = tidak ada; 1= ada)
Nyeri kepala: (0 = tidak ada; 1 = ada)
Ateroma: (0 = tidak ada; 1= salah satu atau lebih: diabetes, angina, penyakit pembuluh darah ).
Hasil skor Stroke Siriraj :
Skor >1 : p e r d a r a h a n supratentorial
Skor -1 s.d. 1: perlu CT Scan
Skor <-2 : infark cerebri
Skor -1 s.d. 1: perlu CT Scan
Skor <-2 : infark cerebri
d. CT-scan merupakan pemeriksaan baku emas untuk membedakan infark dengan perdarahan
e. Sken resonansi magnetic (MRI) lebih sensitive dari CT-Scan dalm mendeteksi infark serebri dini dan infark batang otak.
I. TERAPI
A. Terapi Serangan Akut.
Waktu adalah otak, merupakan ungkapan yang menunjukkan betapa pentingnya pengobatan strok sedini mungkin, karen jendela terapi dari strok hanya 3-6 jam. Penatalaksanaan yang cepat, tepat dan cermat ememgang peranan besar dalam menentukan hasil akhir pengobatan. Hal ini yang harus dilakukan adalah
- Stabilisasi dengan tindakan ABC
- Pertimbangkan intubasi bila kesadaran stupor, koma atau gagal nafas.
- Pasang jalur infuse dengan intavena dengan larutan salin normal 0,9% dengan kecepatan 20ml/jam, jangan memakai cairan hipotonis seperti dekstrosa 5% dalam air dan salin 45%, karena dapat memperhebat oedem otak.
- Berika oksigen 2-4 liter/menit melalui kanul hidung.
- Jangan memberikan makanan atau minuman lewat mulut.
- Buat rekaman elektrokardiogram (EKG) dan lakukan foto rongent thorak.
- Ambil sampel untuk pemerikasaan darah: pemeriksaan darah perifer lengkap dan trombosit, kimia darah (glukosa, elektrolit,ureun dan kreatinin), masa protrombin dan masa tromboplastin parsial.
- Jika ada indikasi, lakukan tes-tes berikut : kadar alcohol, fungsi hati, gas darah arteri dan skrining toksikologi.
- Tegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis
- CT Scan dan resonansi magnetic bila alat tersedia, Bila tidak ada, dengan scor Siriraj untuk menentukan jenis stroke.
B. Terapi Pembedahan
Untuk lokasi perdarahan dekat permukaan ota
C. Terapi Suportif
Infus manitol
D. Terapi Mengatasi Perdarahan
Vit K dan plasma beku, Protamin, Asam traneksamat
E. Terapi Pemeliharaan atau Pencegahan Stroke
1. TerapiAntihipertensi
Dibutuhkan karena hipertensi merupakan faktor resiko (50% pada stroke iskemik dan 60% pada stroke hemoragik) Penggunaan antihipertensi harus memperhatikan aliran darah otak dan aliran darah perifer untuk menjaga fungsi serebral
Obat pilihan :
• golongan AIIRA (angiotensin II receptor antagonis) contoh : candesartan
• golongan ACE inhibitor
2. Terapi hormone esterogen
Pada wanita post-menopause terapi ini terbukti mengurangi insiden terjadinya stroke.
3. Terapi memulihkan metebolisme otak
Tujuan:
•Meningkatkan kemampuan kognitif
•Meningkatkan kewaspadaan dan mood
•Meningkatkan fungsi memori
•Menghilangkan kelesuan
•Menghilangkan dizzines
Contoh: citicholin, codergocrin mesilate, piracetam
4. Terapi rehabilitasi
Misal : fisioterapi, terapi wicara dan bahasa, dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar