Februari 24, 2011

Stroke Non Hemoragik / SNH


A.  DEFINISI
Definisi stroke menurut World Health Organization (WHO) adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, dan dapat menyebabkan kematian.
Stroke adalah serangan di otak yang timbulnya mendadak akibat tersumbat atau pecahnya pembuluh darah otak sehingga menyebabkan sel-sel otak tertentu kekurangan darah, oksigen atau zat-zat makanan dan akhirnya dapat terjadi kematian sel-sel tersebut dalam waktu yang sangat singkat (Yayasan Stroke Indonesia, 2006).
Stroke Non Hemoragik adalah gangguan peredaran darah pada otak yang dapat berupa penyumbatan pembuluh darah arteri, sehingga menimbulkan infark/ iskemik. Umumnya terjadi pada saat penderita istirahat. Tidak terjadi perdarahan dan kesadaran umumnya baik. (Yayasan Stroke Indonesia, 2006).

B.  EPIDEMIOLOGI
Stroke merupakan satu masalah kesehatan yang besar dalam kehidupan modern saat ini. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat. Jumlah penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif. Stroke dapat menyerang setiap usia, namun yang sering terjadi pada usia di atas 40 tahun. Angka kejadian stroke meningkat dengan bertambahnya usia, makin tinggi usia seseorang, makin tinggi kemungkinan terkena serangan stroke (Yayasan Stroke Indonesia, 2006).
Di Indonesia, belum ada data epidemologis stroke yang lengkap, tetapi proporsi penderita stroke dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Hal ini terlihat dari laporan survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI di berbagai rumah sakit di 27 provinsi di Indonesia. Hasil survei itu menunjukkan terjadinya peningkatan antara 1984 sampai 1986, dari 0,72 per 100 penderita pada1984 menjadi 0,89 per 100 penderita pada 1986. Di RSU Banyumas, pada 1997 pasien stroke yang rawat inap sebanyak 255 orang, pada 1998 sebnyak 298 orang, pada 1999 sebanyak 393 orang, dan pada 2000 sebanyak 459 orang (Hariyono, 2006).
Stroke atau cerebrovascular accident, merupakan penyebab invaliditas yang paling sering pada golongan umur diatas 45 tahun Di negara industri stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan keganasan (Lumbantombing, 1984).

C.  ETIOLOGI
Etiologi dari Stroke Non Hemoragik, dapat disebabkan oleh :
1.        Emboli
a.       Emboli kardiogenik
b.      Emboli paradoksal (infeksi atau non-infeksi)
c.       Emboli arkus aorta.
2.         Atherosklerosis pada arteri otak (pembentukan plak/deposisi lemak pada pembuluh darah)
a.       Penyakit ekstrakranial (Arteri Karotis Interna, Arteri Vertebralis)
b.      Penyakit Intrakranial (Arteri Serebri media, Arteri basilaris)
3     Hiperkoagulabilitas darah, peningkatan kadar platelet, trombosis

E.  PATOFISIOLOGI
Adanya aterotrombosis atau emboli dapat memutuskan aliran darah otak (cerebral blood flow/CBF). Nilai normal CBF adalah 53 ml/100 mg jaringan otak/menit, Jika CBF < 30 ml/100 mg/menit maka dapat mengahkibatkan terjadinya iskemik, Dan jika CBF < 10 ml/100 mg/menit maka otak kekurangan oksigen lalu terjadi proses fosforilasi oksidatif terhambat dan produksi ATP (energi) berkurang mengahkibatkan pompa Na-K-ATPase tidak berfungsi, hal ini memicu depolarisasi membran sel saraf berupa pembukaan kanal ion Ca disertai kenaikan influks Ca secara cepat yang berakibat gangguan Ca homeostasis (Ca merupakan signalling molekul yang mengaktivasi berbagai enzim) dapat memicu proses biokimia yang bersifat eksitotoksik dimana  dapat terjadi kematian sel saraf (nekrosis maupun apotosis), gejala yang timbul tergantung pada saraf mana yang mengalami kerusakan/kematian.

F.   FAKTOR RESIKO
Faktor-faktor resiko rentan terhadap serangan stroke :
Banyak faktor resiko yang dapat membuat seseorang yang menjadi rentan terhadap serangan stroke, secara garis besar faktor resiko itu dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol yaitu:
(1) Umur, semakin tua kejadian stroke semakin tinggi,
(2) Ras / bangsa : Negro / Afrika, Jepang, dan Cina lebih sering terkena stroke,
(3) Jenis kelamin, laki-laki lebih beresiko dibanding wanita,
(4) Riwayat keluarga yang pernah mengalami stroke.
Faktor resiko yang dapat dikontrol
(1)   Hipertensi,
(2)   Diabetes Millitus,
(3)   Merokok
(4)   Hiperlipidemia dan Kolesterol,
(5)   Obesitas,
(6)   Penggunaan obat – obatan yang mempengaruhi serebrovaskuler, seperti : amfetamin, kokain, dan sejenis.

G.  GEJALA
Gejala yang muncul bervariasi tergantung di mana terjadi serangan stroke iskemia, misalnya:
a.       unilateral weaknesses à biasanya hemiparesis (lumpuh separo)
b.      unilateral sensory complaints à numbness, paresthesia (mati rasa)
c.       Aphasia à language comprehension
d.      Monocular visual loss à gangguan penglihatan sebelah
e.        
Tabel manifestasi klinik stroke iskemik berdasar daerah yang terserang


H.  DIAGNOSIS
a.       Klinis anamnesis dan pemeriksaan fisis-neurologis
b.      Sistem skor untuk membedakan jenis stroke
c.       Rumus skor Stroke Siriraj :
(2,5 x derajat kesadaran) + (2 x vomitus) + (2 x nyeri kepala) + (0,1 x tekanan diastolik) - (3 x petanda ateroma) - 12
Derajat kesadaran : ( 0 = kompos mentis; 1 = somnolen; 2 = sopor/koma)
Vomitus: ( 0 = tidak ada; 1= ada)
Nyeri kepala: (0 = tidak ada; 1 = ada)
Ateroma: (0 = tidak ada; 1= salah satu atau lebih: diabetes, angina, penyakit pembuluh darah ).

Hasil skor Stroke Siriraj :
Skor >1 : p e r d a r a h a n  supratentorial
Skor -1 s.d. 1: perlu CT Scan
Skor <-2 : infark cerebri

d.      CT-scan merupakan pemeriksaan baku emas untuk membedakan infark dengan perdarahan
e.       Sken resonansi magnetic (MRI) lebih sensitive dari CT-Scan dalm mendeteksi infark serebri dini dan infark batang otak.

I.     TERAPI
A.    Terapi Serangan Akut.
Waktu adalah otak, merupakan ungkapan yang menunjukkan betapa pentingnya pengobatan strok sedini mungkin, karen jendela terapi dari strok hanya 3-6 jam. Penatalaksanaan yang cepat, tepat dan cermat ememgang peranan besar dalam menentukan hasil akhir pengobatan. Hal ini yang harus dilakukan adalah
-          Stabilisasi dengan tindakan ABC
-          Pertimbangkan intubasi bila kesadaran stupor, koma atau gagal nafas.
-          Pasang jalur infuse dengan intavena dengan larutan salin normal 0,9% dengan kecepatan 20ml/jam, jangan memakai cairan hipotonis seperti dekstrosa 5% dalam air dan salin 45%, karena dapat memperhebat oedem otak.
-          Berika oksigen 2-4 liter/menit melalui kanul hidung.
-          Jangan memberikan makanan atau minuman lewat mulut.
-          Buat rekaman elektrokardiogram (EKG) dan lakukan foto rongent thorak.
-          Ambil sampel untuk pemerikasaan darah: pemeriksaan darah perifer lengkap dan trombosit, kimia darah (glukosa, elektrolit,ureun dan kreatinin), masa protrombin dan masa tromboplastin parsial.
-          Jika ada indikasi, lakukan tes-tes berikut : kadar alcohol, fungsi hati, gas darah arteri dan skrining toksikologi.
-          Tegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis
-          CT Scan dan resonansi magnetic bila alat tersedia, Bila tidak ada, dengan scor Siriraj untuk menentukan jenis stroke.

B.     Terapi Stroke Non Hemoragik
Pendekatan terapi pada fase akut stroke iskemik: restorasi aliran darah otak dengan menghilangkan sumbatan/clots, dan menghentikan kerusakan seluler yang berkaitan dengan iskemik/hipoksia Therapeutic window : 12 – 24 jam, golden period : 3 – 6 jam, jadi kemungkinan daerah di sekitar otak yang mengalami iskemik masih dapat diselamatkan.
1.      Menghilangkan sumbatan aliran darah :
a.       Terapi trombolitik : tissue plasminogen activator (t-PA), Alteplase
Mekanisme: mengaktifkan plasmin à melisiskan tromboemboli
Penggunaan t-PA sudah terbukti efektif jika digunakan dalam 3 jam setelah erangan akut
Catatan: tetapi harus digunakan hati-hati karena dapat menimbulkan resiko perdarahan
b.      Terapi antiplatelet
Aspirin, clopidogrel, dipiridamol-aspirin , tiklopidin, masih merupakan mainstay dalam terapi stroke.
Urutan pilihan : Aspirin atau dipiridamol-aspirin, jika alergi atau gagal àClopidogrel à jika gagal : tiklopidin
c.       Terapi antikoagulan.
Masih kontroversial karena resiko perdarahan intracranial Agen: heparin, unfractionated heparin, low-molecular-weight heparins (LMWH), heparinoids warfarin
 2.   Terapi pembedahan (surgical therapy)
a.       Carotid endarterectomy (baik untuk pasien dgn stenosis ≥ 70%)

C.    Terapi Pemeliharaan atau Pencegahan Stroke
1.      Terapi Antiplatelet
•Aspirin à menghambat sintesis tromboksan (senyawa yang berperan dlm proses pembekuan darah)
•Dipiridamol, atau kombinasi Dipiridamol - Aspirin
•Tiklopidin dan klopidogrel à jika terapi aspirin gagal
•Silostazol
2.      Terapi Antikoagulan
Masih dalam penelitian, efektif untuk pencegahan emboli jantung pada pasien stroke
3.      Terapi hormone esterogen
Pada wanita post-menopause terapi ini terbukti mengurangi insiden terjadinya stroke.
4.      Terapi memulihkan metebolisme otak
Tujuan:
•Meningkatkan kemampuan kognitif
•Meningkatkan kewaspadaan dan mood
•Meningkatkan fungsi memori
•Menghilangkan kelesuan
•Menghilangkan dizzines
Contoh: citicholin, codergocrin mesilate, piracetam
5.      Terapi rehabilitasi
Misal : fisioterapi, terapi wicara dan bahasa, dll.

D.    Evaluasi outcome terapi
1.                     Faktor resiko yang dapat diatasi harus dipantau : profil kolesterol, BB, rokok, hipertensi, dll
2.                     Pasien dgn terapi antikoagulan dipantau terhadap parameter koagulasi/perdarahan
3.                     Pasien yang mendapat aspirin dipantau kemungkinan gangguan/perdarahan GIT
          Pasien yang dapat tiklopidin dipantau efek samping dan interaksi obatnya: periksa darah rutin untuk deteksi adanya neutropenia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar