Maret 25, 2011

AMUBIASIS


     I.      DEFINISI
Amubiasis merupakan suatu infeksi Entamuba hystolitica pada manusia, dapat terjadi secara akut dan kronik. Diantara beberapa spesies amuba, hanya satu spesies yaitu E. hystolityca yang merupakan parasit patogen pada manusia. E. hystolityca tersebar di seluruh dunia, endemik terutama terjadi di daerah dengan sosio ekonomi yang rendah dan sanitasi lingkungan yang kurang baik. E. hystolitica merupakan protozoa yang sering menyebabkan infeksi usus pada anak. Infeksi yang disebabkan oleh protozoa usus biasanya didapatkan per oral melalui kontaminasi feses pada air atau makanan.


  II.      ETIOLOGI
Entamuba hystolitica terdapat dalam dua bentuk, yaitu sebagai kista dan trofozoit. Infeksi terjadi karena tertelannya kista dari makanan atau minuman yang terkontaminasi, sedangkan tertelannya bentuk trofozoid tidak menimbulkan infeksi karena tidak tahan terhadap lingkungan asam dalam lambung.

III.      EPIDEMIOLOGI
Prevalens infeksi amuba di seluruh dunia bervariasi dari 5-8,1 % diperkirakan 10 % dari populasi di seluruh dunia pernah terinfeksi E. hystolityca, terutama di negara dengan iklim tropis yang mempunyai kondisi lingkungan yang buruk, sanitasi perorangan yang jelek, dan hidup dalam kemiskinan. Disentri amuba disebabkan oleh invasi pada mukosa usus yang terjadi kira-kira1-17 % dari subyek yang terinfeksi.

IV.      PATOGENESIS

Amubiasis dimulai dengan tertelannya bahan yang mengandung kista E. hystolitica, kolonisasi oleh trofozoit terjadi diseluruh kolon, terutama sekum dan kolon asendens, tetapi kurang pada rektosigmoid. Kolon transversum dan kolon desenden terkena bila semua kolon terkena infeksi. Sesudah periode waktu yang bervariasi dari beberapa hari sampai 30 tahun dapat berbentuk tropozoid yanag berukuran 50 um. Lesi pertama biasanya merupakan ulkus kecil yang meluas hanya pada mukosa muskularis. Stadium berikutnya adalah pembentukan ulkus yang lebih dalam dan meluas ke submukosa. Nekrosis dapat meluas tetapi minimal peradangan. Edema lebih intensif, tetapi mukosa di antara ulkus relatif normal, dan ini kontras terhadap enteritis karena bakteri dengan respons peradangan yang mencolok.

  V.      MANIFESTASI KLINIS
        Kebanyakan infeksi bersifat asimtomatik dan kista dapat ditemukan dalam feses. Gejala yang biasa ditemukan adalah diare, muntah, dan demam. Tinja lembek atau cair disertai lendir dan darah. Pada infeksi akut kadang-kadang ditemukan kolik abdomen, kembung, tenesmus dan bising usus yang hiperaktif. Invasi jaringan terjadi pada 2-8 % kasus yang terinfeksi dan mungkin berhubungan dengan galur parasit atau status nutrisi serta flora usus. 

       Manifestasi klinis amubiasis yang paling sering disebabkan invasi lokal pada epitel usus dan penyebaran ke hati. Amubiasis di luar usus (sebagai penyulit), misalnya amubiasis hati, abses paru, peritonotis amuba, amubiasis kulit, abses otak dan penyebaran yang sangat jarang, yaitu ke limpa, pankreas dan saluran kemih.

      Umumnya infestasi amuba yang paling sering adalah amubiasis intraluminal asimtomatik. Disentri amuba merupakan bentuk tersering amubiasis invasif yang simtomatik. Dapat terjadi dalam 2 minggu dari infeksi atau lambat dalam beberapa bulan. Timbulnya penyakit perlahan-lahan dengan rasa nyeri (kolik) pada abdomen dan pergerakan usus yang sering. Diare sering disertai dengan tenesmus. Feses berdarah terjadi pada 95 % kasus dan mengandung sejumlah mukus dengan beberapa leukosit. Disentri amuba akut berlangsung beberapa hari sampai minggu, pada penderita yang tidak diobati sering sekali kambuh. Pada 1/3 kasus disentri amuba ditandai dengan gejala mendadak, seperti demam tinggi, menggigil, diare berat menyerupai disentri basiler. Akibatnya dapat terjadi dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit.


VI.      PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Sangat penting untuk membuat diagnosis ialah menemukan Entamoeba histolityca baik secara langsung meupun tidak langsung (biakan). Pemeriksaan tinja yang dilakukan ialah tinja segar dan diwarnai dengan eosin 1%, hematoksilin, lugol 1% atau pewarnaan lain.
            Pemeriksaan tinja segar penderita didapatkan hasil, sebagai berikut :
-          Makroskopis : Warna : Kuning kehijauan
      Lendir :  +
      Darah  :  +
-          Mikroskopis  : Leukosit  :  15 -20
      Amoeba   :  +
      Eritrosis   :  4 – 8
      Telur        :  

VII.      DIAGNOSIS BANDING
Kolitis amuba invasif dapat menyerupai kolitis ulseratifa, crohn disease of the colon, disentri basiler, atau kolitis tuberkulosa. Semua pasien yang mengeluh feses berdarah harus dilakukan pemeriksaan feses, proktaskopi, dan serologik.

VIII.      KOMPLIKASI
Beberapa sarjana membagi amubiasis menjadi amubiasis usus akut dan kronik. Amubiasis di luar usus (sebagai penyulit) misalnya amubiasis hati, abses paru, perikarditis amuba, peritonitis amuba, amubiasis kulit, abses otak dan penyebaran yang sangat jarang, yaitu ke limpa, pankreas dan saluran kemih.

IX.      PENATALAKSANAAN
a.       Umum
Isolasi, pemberian cairan yang adekuat, pengobatan penyulit, monitor pemeriksaan feses 3 kali untuk memastikan apakah infeksi sudah dapat dieradikasi.
b.      Spesifik
1.      Infeksi usus asimtomatik
Diloksanid furoat (furamid) 7-10 mg kgBB/hari dalam 3 dosis, atau iodokuinol 10 mg/kgBB/hari dalam 3 dosis atau Paromomisin (humatin) 8 mg/kgBB/hari dalam 3 dosis. Obat-obat tersebut diberikan selama 7-10 hari.
2.      Infeksi usus ringan sampai sedang
Metronidazol 15 mg/kgBB/hari dalam 3 dosis, selama 10 hari. Efek samping kebanyakan ringan berupa ruam, kadang-kadang ataksia atau parestesia.
3.      Infeksi usus berat dan abses amuba hati
                        Metronidazol 50 mg/kgBB/hari dalam 3 dosis, peroral atau intravena, selama 10 hari, atau dehidroemetin 0,5-1 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis intramuskular selama 5 hari, maksimal 90 mg/hari. Dapat menimbulkan aritmia jantung, nyeri dada dan selulitis pada tempat suntikan.
            

  X.      PROGNOSIS
Prognosis amubiasis usus baik bila tidak ada penyulit. Data statistik menunjukkan bahwa kematian amubiasis usus tanpa abses hati hanya 1-2 %. Kematian ini biasanya akibat nekrosis atau perforasi usus, tindakan bedah sedini mungkin dapat menurunkan angka kematian karena penyulit ini dari 100 % menjadi 28 %.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar