Maret 07, 2011

Chlorpheniramin maleat (CTM)

Chlorpheniramin maleat atau lebih dikenal dengan CTM merupakan salah satu antihistaminika yang memiliki efek sedative (menimbulkan rasa kantuk). Namun, dalam penggunaannya di masyarakat lebih sering sebagai obat tidur dibanding antihistamin sendiri. Keberadaanya sebagai obat tunggal maupun campuran dalam obat sakit kepala maupun influenza lebih ditujukan untuk rasa kantuk yang ditimbulkan sehingga pengguna dapat beristirahat.
 
 Efek samping ini menguntungkan bagi pasien yang memerlukan istirahat namun dirasa menggangu bagi mereka yang dituntut melakukan pekerjaan dengan kewaspadaan tinggi. Oleh sebab itu, pengguna CTM atau obat yang mengandung CTM dilarang mengendarai kendaraan. Jadi sebenarnya rasa kantuk yang ditimbulkan setelah penggunaan CTM merupakan efek samping dari obat tersebut. Sedangkan indikasi CTM adalah sebagai antihistamin yang menghambat pengikatan histamin pada resaptor histamin.
 
Definisi 
Klorfeniramin maleat adalah turunan alkilamin yang merupakan antihistamin dengan indeks terapetik (batas keamanan) cukup besar dengan efek samping dan toksisitas yang relatif rendah. Klorfeniramin maleat merupakan obat golongan antihistamin penghambat reseptor H1 (AH1).Pemasukan gugus klor pada posisi para cincin aromatik feniramin maleat akan meningkatkan aktifitas antihistamin.

Berdasarkan struktur molekulnya, memiliki gugus kromofor berupa cincin pirimidin, cincin benzen, dan ikatan –C=C- yang mengandung elektron pi (π) terkonjugasi yang dapat mengabsorpsi sinar pada panjang gelombang tertentu di daerah UV (200-400 nm), sehingga dapat memberikan nilai serapan.

Mekanisme Kerja Obat
Menurut Dinamika Obat (ITB,1991),CTM merupakan salah satu antihistaminika H1 (AH1) yang mampu mengusir histamin secara kompetitif dari reseptornya (reseptor H1) dan dengan demikian mampu meniadakan kerja histamin. 

Di dalam tubuh adanya stimulasi reseptor H1 dapat menimbulkan vasokontriksi pembuluh-pembuluh yang lebih besar, kontraksi otot (bronkus, usus, uterus), kontraksi sel-sel endotel dan kenaikan aliran limfe. Jika histamin mencapai kulit misal pada gigitan serangga, maka terjadi pemerahan disertai rasa nyeri akibat pelebaran kapiler atau terjadi pembengkakan yang gatal akibat kenaikan tekanan pada kapiler. Histamin memegang peran utama pada proses peradangan dan pada sistem imun. 
CTM sebagai AH1 menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan bermacam-macam otot polos. AH1 juga bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas dan keadaan lain yang disertai pelepasan histamin endogen berlebih. Dalam Farmakologi dan Terapi edisi IV (FK-UI,1995) disebutkan bahwa histamin endogen bersumber dari daging dan bakteri dalam lumen usus atau kolon yang membentuk histamin dari histidin.

Indikasi:
Pengobatan pada gejala-gejala alergis, seperti: bersin, rinorrhea, urticaria, pruritis, dll.

Kontra Indikasi:
Dapat memperburuk asma bronkial, retensi urin, glaukoma

Sediaan:

 - Tablet Chlorpheniramini maleas 4 mg

Efek Samping:
Efek samping yang sering terjadi adalah sedatif ( rasa ngantuk), gangguan saluran cerna, mulut kering, dan kesukaran miksi.
 
Takaran Pemakaian:
Dewasa: 3 - 4 kali sehari 0.5 - 1 tablet.
Anak-anak 6 - 12 tahun: 0.5 dosis dewasa.
Anak-anak 1 - 6 tahun: 0.25 dosis dewasa


Perhatian:
Selama minum obat ini, jangan mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin. obat ini
memiliki interaksi dengan alkohol, depresan syaraf pusat, anti kolinergik

Penyimpanan:
Simpan di tempat yang kering dan tertutup rapat.

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

 Sumber : berbagai sumber

3 komentar:

  1. pada mekanisme kerja obat, ditulis bahwa histamin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah besar dan kontraksi endotel, lalu kenapa histamin dikulit malah menyebabkan vasodilatasi dan bengkak?

    BalasHapus
  2. pada kontraindikasi,mengapa CTM dapat memperburuk asma bronkial? padahal histamin adalah salah satu penyebabab bronkokonstriksi. sedangkan CTM menghalangi kerja histamin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas komentarnya, saya coba menjawab, saya terbuka atas sanggahan, pertanyaan dan diskusi seperti ini, karena saya juga dalam proses belajar.
      Menurut saya karena pada asma, aktivitas antikolinergik dari antagonis H1 (calah satunya CTM) dapat mengentalkan sekresi bronkial pada saluran pernapasan sehingga memperberat serangan asma.

      Hapus